TIRA dan Mitologi Naga Jawa, Eropa, dan Asia yang Lain.

Tabik, Rencang Majasoka.

Awal bulan Desember kemarin, Disney+ Hotstar merilis (First Look/Tampilan Perdana) Official Trailer Series Original yang berjudul TIRA. Series Original ini hasil produksi yang berkolaborasi dengan Screenplay Bumilangit, Studio yang mengembangkan Bumilangit Cinematic Universe.

Ya, TIRA ini salah satu karakter jagoan Indonesia yang masih satu Universe dengan Gundala dan Sri Asih yang filmnya saat artikel ini dibuat masih tayang di Bioskop Indonesia sejak tanggal 17 November lalu.

Dalam 39 detik video first look TIRA itu, kita dilihatkan cuplikan beberapa detik tentang hubungan TIRA dan Naga, seperti video dibawah ini.

Dari press release yang dirilis oleh Screenplay Bumilangit, kita mengetahui bahwa ada sedikit perbedaan antara versi CerGam (Cerita bergabar/Komik) dan Live Actionnya (Film/Series). Saya coba mengumpulkan tulisan, berdasarkan first look singkat ini dan perbandingannya dengan versi cergam.

Salah satunya adalah…

Jika di dalam versi cergam nama asli TIRA adalah Susi, sedangkan live actionnya bernama Suci.

Menurut versi di dalam versi cergam, TIRA selalu dalam perlindungan 9 Siluman Pintu Naga dari Planet Shaver, Sedangkan versi live actionnya kita hanya mendapatkan sepersekian detik petunjuk tentang
naga. Melalui simbol tanda lahir/cap (?) dan tulisan tutorial menaklukan naga.

Sependek yang saya tahu, Jagat Sinema Bumilangit selalu mengangkat karakter-karakter yang bersandarkan mitologi Nusantara.

Pertanyaannya adalah apakah Mitologi Naga ada di bangsa kita?
Jawabannya adalah Sangat Ada!

Ada banyak daerah, yang dapat kita ambil sebagai contoh adanya mitologi atau legenda atau dongeng yang bercerita tentang naga.

Salah satu contohnya ada di Borneo / Pulau Kalimantan.
Masyarakat Dayak percaya bahwa Naga sebagai penjaga Dunia Bawah, dan Burung Enggang sebagai penjaga Dunia Atas.

Di Jawa sendiri,
sangat banyak mitologi tentang Naga bertebaran.

Mulai legenda Naga Baru Klinting di Telaga Ngebel Ponorogo, Naga Makara di relief Candi Borobudur , Hingga Naga Antaboga penjaga Gunung Merapi dan lainnya.

Jika cerita tentang legenda Naga Nusantara itu diceritakan satu – persatu maka akan terlalu panjang.
Oleh karena itu saya singkat saja.

Mari kita mengenal dulu apa itu Naga, dan apa rata-rata perbedaan Naga di Nusantara dengan di kebudayaan barat serta Asia yang lain (Jepang, China, dll.).

Kita akan mengenal Naga dari Etimologi Bahasa dulu.

Nāgá (ना ग) dalam dalam bahasa sansekerta adalah berarti ular yang besar, turunan dari bahasa sansekerta ini menjadi bahasa Hebrew ( Yahudi ) Nāḥāḥ š (נחש.)

Penyebutan lain dari ular selain Naga adalah sarpá (सर्प)र्प, turunan dari kata ini menjadi bahasa inggris, yaitu adalah “Serpent

Serpent adalah bentuk jamak dr ular.

Sifatnya yang cerdas dan pintar sehingga hampir diidentikan dengan licik sudah dijelaskan di berbagai kitab, salah satunya Alkitab Injil.

Dalam Injil kejadian 3 ayat 1 dijelaskan :

Adapun ular ialah yg paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular (Serpent) itu berkata kepada perempuan itu:

“Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”

Eve ( Hawa ) saat dibujuk untuk memakan Buah Terlarang ( Kuldi )

Mengapa saya mengatakan di atas bahwa kata yang menyangkut “Ular” dan “Naga” adalah turunan bahasa Sansekerta termasuk bahasa Hebrew (Ibrani/Yahudi)?

Karena bahasa Sansekerta adalah bahasa tertua di Dunia, tercatat bahasa ini sudah digunakan sejak 5000 tahun bahkan sebelum kelahiran Nabi Isa a.s

Untuk jurnal penelitiannya bisa diakses disini.

Sekarang kita kembali ke tanah air.

Apa yang membedakan Naga Nusantara dengan Naga Eropa dan Asia yang lain?
Jawabannya adalah “Kaki dan Sayap”.

Naga di Nusantara digambarkan sebagai ular besar memakai mahkota, tidak memiliki kaki, beberapa ada yang memiliki sayap beberapa tidak.

Naga di Eropa lebih cenderung berbentuk seperti Kadal, istilah dragon diambil bahasa latin “Draconis” / Draco lebih ke “Beast who spit fire“. Reptil raksasa bersayap yang menyemburkan api.

Digambarkan lebih mirip seperti penggambaran dinosaurus bersayap.

Naga di Asia lain, Berbeda dengan Naga di Eropa yang hanya ditakuti dan cenderung diburu dengan kepentingan untuk mengambil apa yang mereka jaga. Biasanya harta atau mengambil sisiknya, Sehingga ada julukan dan bahkan profesi “Dragonslayer” atau Pembunuh Naga.

Di Asia, Naga lebih dihormati, dianggap sebagai salah satu kekuatan tertinggi alam.

Di kebudayaan tiongkok dikenal Naga dengan beberapa kualifikasi dan tipe-tipenya, antara lain :
ShenLong (Naga Api)
TianLong (Naga Langit/Surga)
Panlong (Naga Air)
dan Jiaolong (Naga Bumi)

Nah, jika perbandingannya dengan Naga di Nusantara kalau kita kumpulkan puzzlenya, kita akan menemukan bahwa Naga Nusantara pun memiliki klasifikasi elemen yang hampir serupa.

Contohnya Makara, nama Makara diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti “Naga Laut” atau “Monster Air”.

Diambil dari pahatan Candi Bubrah

Kedua ada Nagaraja Ahanut Surya, yang berarti Raja Naga yang menggigit Matahari.
Menyimbolkan kondisi politik Majapahit pada saat itu, Surya Majapahit adalah lambang kerajaan Majapahit.

Naga yang menggigit matahari adalah simbol polemik, pemberontakan dan gejolak politik yang menaklukkan negeri Matahari tersebut.

Ketiga ada Naga Baru Klintin. Ada banyak sumber dan cerita tentang Naga Baru Klinting, saya akan mengambil legenda yang bercerita tentang toponomi sebuah daerah, yaitu daerah Desa Kesongo, Jawa Tengah.

Alkisah Naga Baru Linting dewasa mendapatkan perintah dewa untuk mencari 9 gembala sebagai persembahan dewata, akhirnya Naga Baru Klinting melingkari gunung dan membuka mulut sehingga tampak seperti mulut goa.

Dikarenakan ukurannya yang sangat besar dan tekstur sisiknya yang seperti tanah, tidak ada yang mengetahui bahwa ada naga yang melingkari gunung tersebut.

Hingga suatu hari ada 10 penggembala pergi ke gunung untuk menggembalakan ternak. Namun salah satu penggembala selalu dirudung karena diantara mereka semua, dia yang paling kurus.
Si penggembala kurus itu menemukan mulut goa, dan digunakannya sebagai tempat merenung dan bersedih.

Hingga kemudian tiba-tiba hujan turun, 9 penggembala yang lain pun ikut berteduh di mulut goa tempat penggembala kurus merenung, lalu mengusir penggembala kurus tersebut keluar dari mulut goa dan kehujanan.

Pada saat penggembala kurus itu terdepak keluar dari goa, seketika itu pula mulut goa yang merupakan mulut Naga Baru Klinting tertutup dan menelan 9 penggembala yang lain.

Daerah itu sekarang disebut sebagai Desa Kesongo sebagai pengingat akan kejadian tertelannya 9 penggembala, Kesongo diambil dari kata dasar songo yang dalam bahasa jawa artinya angka sembilan. Kesongo, adalah nama salah satu desa yang terletak di kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang.

Jika kita cermati beberapa cerita dan legenda diatas, ternyata naga-naga di Nusantara juga memiliki kesamaan element dengan alam, seperti Air, Udara, Tanah, dan Api.

Teori dari saya, mungkin saja faktor elemental ini secara tersirat sudah disuguhkan ke penggemar TIRA melalui Teaser posternya.

Apakah cahaya di belakang siluet rambut TIRA adalah cahaya dari batu mustika?
lebih tepatnya Mustika naga?

Batu Mustika dalam kejawen (Kumpulan pandangan hidup dan filsafat sepanjang peradaban orang Jawa yang menjadi pengetahuan kolektif bersama.) adalah batu bertuah yang memiliki energi/gelombang/makhluk gaib di dalamnya yang bisa dipergunakan untuk keperluan apapun.

Singkatnya batu yang memiliki “Khodam” di dalamnya.

Dalam kepercayaan klenik jawa bahkan mengenal istilah “Khodam Naga Emas”. Yaitu Khodam atau makhluk / energi pendamping. Bagi siapa yang memiliki Khodam ini, akan mendapatkan banyak keistimewaan. Seperti harta , pengasihan , karisma dan semacamnya.

Khodam Naga adalah hal yang sangat awam bagi yang menyukai hal-hal klenik kejawen. Jika rencang (teman) semua mengetik pencarian di google dengan keyword “Khodam Naga”, maka akan banyak sekali yang muncul, seperti ini.

Tentang Khodam, energi dan semacamnya, sangat wajar kalau rencang tidak percaya. Saya membagikan ini hanya untuk pengetahuan saja. Bahwa ada di luar sana, orang-orang yang mempercayai hal-hal seperti ini, dan menggunakannya sampai detik ini.

Bagaimanapun tetap harus kita pahami, bahwa kekuatan terbesar berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Itu tadi sedikit tentang TIRA dan Mitologi Naga Jawa, Eropa, dan Asia yang Lain.

Kalau ada Rencang yang mau menambahkan informasinya, silahkan tulis di bagian komentar.

Salam Memayu Hayuning Bhawana

TIRA, serial original Disney+ Hotstar yang dibintangi oleh Chelsea Islan sebagai Suci/Tira, baru saja merilis official first looknya. Serial yang bersetting di Jagat Sinema Bumilangit (Bumilangit Cinematic Universe) ini berkisah tentang perjalanan Suci mengejar mimpinya menjadi stuntwoman, yang berubah seketika karena kutukan yang harus segera dia bebaskan.

TIRA disutradarai oleh Zahir Omar dan juga akan dibintangi oleh Karina Suwandi, Agnes Naomi, Bhisma Mulia, Marcell Siahaan, Egi Fedly, Asri Welas, dan Mathias Muchus.

TIRA akan dirilis eksklusif di Disney+ Hotstar pada tahun 2023.

Sumber: https://bumilangit.com/

Sumber tulisan :
https://t.co/EcejDbEslbhttps://t.co/S1Ln35I7Yp
https://t.co/y0njrbhupN
https://t.co/e7hGZUkvZF
https://t.co/Ix70xtcABV
https://t.co/vAv6dpKxnQ
https://t.co/TDWJuDStym
https://t.co/jW2NZxPNhb
https://t.co/JxogPfV9G6
https://t.co/y8sGMVEPZU

Yuk bagi Artikel ini biar makin banyak yang kenal Budaya kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *